KisahPaku dan Pagar 16 May 2014 → Pilih Tanggal Hari pertama si anak menancapkan 37 paku, jumlahnya sama dengan perselisihan yang dialaminya. Minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri sehingga dapat menurunkan jumlah paku yang ditancapkan. Sampai akhirnya si anak berhasil menahan diri untuk tidak marah sehingga tidak ada lagi pakuPada suatu desa terpencil hidup sebuah keluarga sederhana. Dan keluarga itu hanya tinggallah seorang anak dan ayah saja, panggil adja si anak “Gembel” singkat cerita!! Pada suatu hari si Gembel pergi main sama teman2 sekampungnya, g seperti biasanya si Gembel tiba2 pulang begitu marah dan kembali ke rumahnya dan curhat kekesalannya kepada sang Ayah, sang Ayah bertanya kepada si Gembel tersebut, apa yang membuatmu begitu marah nak..??? Si Gembel menjawab bahwa dia sedang kesal dengan seseorang, sang Ayah bertanya apakah orang tersebut pernah kamu sakiti atau kamu buat kesalahan padanya? si Gembel menjawab pertanyaan sang Ayah….” Iya Ayah”sang ayah kembali bertanya, apakah kamu sudah meminta maaf padanya? si Gembel menjawab “belum … Ayah”. Sang Ayah berkata Pantas iya masih marah padamu, si Gembel bertambah marah seolah-olah Ayahnya tdak memberikan solusi padanya. Kemudian Sang Ayah memberikan Palu dan sebuah Paku, dan memerintahkan agar Si Gembel untuk menancapkan paku tersebut pada tiang rumahnya, Si Gembel pun lalu melaksanakan perintah Ayahnya, setelah dilaksanakan Si Gembel melapor pada Ayahnya dan Sang Ayah berkata ” Jika kamu lagi membuat kesalahan sekecil apapun itu maka ambillah palu dan paku terus tancapkan ke tiang kayu itu. Begitulah yang terus dilakukan si Gembel jika lagi membuat kesalahan pada seseorang….. Suatu ketika Sang Ayah bertanya kembali kepada anaknya, “Nak Apakah rasa kesal dan marahmu sudah hilang?? Si Gembel menjawab Iya Ayah. Sekarang Ayah memerintahkan padamu nak, untuk mencabut kembali paku yang telah kamu tancapkan pada tiang kayu itu, Si Gembel melaksanakan perintah ayahnya, setelah semua paku yang tertancap sudah dicabut semua, lihatlah apa paku tersebut apakah masih meninggalkan bekas ??? Si Gembel menjawab Iya Ayah”. Jika kamu dapat mengambil makna dari bekas paku tersebut pasti kamu tidak akan berbuat kesalahan lagi pada orang lain, dengan nada bingung si Gembel bertanya ” Maksud Ayah?” Sang Ayah langsung menjelaskan ” paku itu itu ibarat perkataan kasarmu yang membuat orang terluka dan Palu itu adalah kemarahanmu yang engkau lampiaskan, sedangkan tiang kayu itu adalah hati orang yang telah kamu sakiti, setelah engkau minta maaf itu ibarat paku yang telah kamu cabut dari kayu tersebut, tetapi masih ada bekas yang tertinggal dari paku tersebut, itu ibarat hati orang yang telah kamu sakiti walau kamu telah meminta maaf tetap masih meninggalkan luka, oleh karena itu pesan yang terkandung adalah “janganlah engkau menyakiti orang lain, karena itu menyakitkan dan meninggalkan bekas yang lama hilangnya”. Si Gembel dengan penuh penyesalan bertekad untuk tidak berbuat kesalahan yang membuat hati orang lain terluka”. Hutan pinus gunungsari pangonan Pesan Ayah berusahalah untuk bersabar dan membuka pintu maaf kepada orang yang telah menyakitimu, sesungguhnya dengan kesabaran semua akan indah walau terkadang sabar itu begitu menyakitkan, tetapi kelak kesabaran itu akan berbuah manis… sebelum mengakhiri perbincangan dengan gembel anaknya Sang Ayah berkata hanya orang bijak dan berhati lapang yang dapat memaafkan kesalahan orang lain, oleh karena itu berusahalah untuk menjadi anak yang baik, si Gembel kemudian memeluk Ayahnya dan berkata ” Terima kasih atas nasihatnya ayah dan doakan anakmu untuk selalu menjadi yang terbaik dan terus lebih baik dari waktu ke waktu dalam hidupku kini dan nanti😘😘😘 Diterbitkan oleh Perjalanan Hidup Gun Shu Lihat semua pos dari Perjalanan Hidup Lalubeliau mulai memukulkan paku dengan palunya ke pagar masjid yang mau lepas itu. Subhanallah, dengan tenaga tuanya yang lemah. Beliau masih peka, peduli, dan langsung berbuat ketika ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Saat beliau memukul-mukul pagar kayu masjid, hati saya yang terpukul dan remuk rasanya.
SUATU hari terjadi kerusakan mesin pada sebuah kapal raksasa. Pemilik kapal mencoba memanggil satu per satu ahli di bidangnya, tetapi tidak ada satupun dari mereka yang tahu bagaimana memperbaiki mesin. Hingga kemudian mereka membawa masuk seorang lelaki tua yang telah memperbaiki kapal sejak dia masih muda. BACA JUGA Inilah Wanita Muslim yang Selamat dari Kecelakaan Kapal Titanic pada 1912 Dia membawa sekantong besar perkakas. Dia langsung beraksi begitu tiba di lokasi. Dia memeriksa mesin dengan sangat hati-hati, dari atas ke bawah. Dua pemilik kapal ada di sana, mengawasi pria ini, berharap dia tahu apa yang harus dilakukan. Setelah melihat semuanya, lelaki tua itu merogoh tasnya dan mengeluarkan palu kecil. Dia dengan lembut mengetuk sesuatu. Seketika, mesin itu langsung hidup. Lantas, dia dengan hati-hati menyimpan kembali palu tadi. Mesinnya sudah sembuh’! Seminggu kemudian, pemilik kapal menerima tagihan dari lelaki tua itu sebesar sepuluh ribu dolar. “Apa?!” sang pemilik berseru tak percaya, “Dia bahkan hampir tidak melakukan apa-apa!” Jadi mereka menulis kepada orang tua itu sebuah catatan yang berbunyi, “Tolong kirimkan kepada kami tagihan yang terperinci!” BACA JUGA MasyaAllah, Inilah Alasan Mengapa Kapal di Laut Tidak Tenggelam Pria tua itu pun mengirimkan tagihan berisi keterangan sebagai berikut “Mengetuk dengan palu $ 2,00. Mengetahui di mana harus memperbaiki kerusakan $ Dari kisah ini kita dapat belajar bahwa usaha itu penting, tetapi mengetahui mana yang harus diusahakan dalam hidup, itulah yang membuat semua perbedaannya. Dalam Islam, ilmu pengetahuan dan wawasan itu sangat berharga. Ilmu akan bermanfaat bagi seseorang. Itu yang membuatnya dihargai di dunia, dan itu pula yang membuat kedudukannya tinggi di akhirat. [] SUMBER ISLAM CAN
Fonisulaemanatau akrab dipanggil Foni ini merupakan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palu. Ia bersama 12 temannya menjalankan KKN selama 20 hari. Meski waktunya singkat, Foni menyebut, warga di Desa Paku itu dinilai baik hati. "Alhamdulillah, baik sekali, bahkan bahagia."